Tentang Redundan #Catatan saat Editing Novel Rule Of Third

By alhzeta - July 21, 2016


Postingan ini saya tulis di sela-sela editing naskah novel saya yang baru Rule Of Third. Kenapa kebelet sekali posting sementara deadline menghadang?

Hahha... sebenarnya saya sengaja, posting saat topik ini sedang hot-hotnya di kepala. Selain untuk berbagi, topik ini juga akan jadi mengingat bagi saya saat menulis di kemudian hari.

Dari beberapa sumber, redundan itu dideskripsikan sebagai "berlebih-lebihan pemakaian unsur segmental dalam statu bentuk ujaran". Lebih ngetrennya adalah boros kata, memasukan kata berlebih padahal maksudnya sudah tersampaikan hanya dengan satu dan dua kata.

Nah, masih dari website lain, katanya secara semantic masalah redundansi sebetulnya tidak ada, sebab salah satu prinsip dasar semantik adalah bila bentuk berbeda maka makna pun akan berbeda.

Misalnya untuk kalimat "Bola ditentang oleh Andi vs Boleh ditendang Andi.  Pemakaian kata 'oleh' pada kalimat kedua akan lebih menunjukkan pelaku (agentif) daripada kalimat pertama yang tidak ada kata 'oleh'.




Contoh redundan yang sering banget saya lakukan adalah:

Ladys masuk ke dalam mobil ==> kalau sudah masuk berarti ya ke dalam, tidak perlu lagi ditambahkan kata 'dalam'.

Dias menggelengkan kepala ===> arti geleng di KBBI adalah 'gerak ke kanan dan ke kiri (kepala)'. Jadi kalau menggeleng, sudah pasti yang melakukannya adalah kepala.

Ladys melangkahkan kakinya menjauh dari mobil ==> sama dengan urusan menggeleng di atas, langkah itu sudah pasti adalah gerakan kaki.

Kesalahan ini berulang-ulang dan membuat saya malu. Syukur mbak editornya tidak memberikan catatan yang menunjukan doi jengkel (mungkin dalam hatinya jengkel dan bilang 'ini penulis nyebelin banget, salah kok sering-sering". hahahha....

Apa lagi ya, segitu saja dulu urusan redundan ini. Saya mau lanjut edit. 

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar