Ketika Naskah Terlalu Lama di Penerbit

By alhzeta - March 16, 2016


Inilah yang saya hadapi sekarang. Salah satu naskah saya terlalu lama mengendap di penerbit tanpa keputusan dan apa akibatnya?

Sekitar awal akhir Januari 2015, saya menyelesaikan sebuah naskah romance. Secara pribadi, saya sangat menyayangi naskah ini. Begitu sayang, karena di dalamnya saya selipkan titipkan cinta saya pada karakter-karakter yang berasa sangat-sangat dekat di hati. Sekitar pertengahan Februari, naskah itu saya kirim dengan penuh doa dan harapan.

Di akhir bulan, pemberitahuan penerimaan naskah masuk lewat email. Selanjutnya saya menunggu, menunggu dan menunggu janji penerbit bahwa masa seleksi berlangsung 3-4 bulan.

Sayangnya hingga 6 bulan tetap tidak ada kabar. Saya coba kontak penerbit dengan banyak cara, tetap saja tidak mendapat respon.

Kemudian saya kirim email ke beberapa alamat penulis yang juga mendapat pemberitahuan naskah masuk yang sama dengan saya. Hampir dari semua yang saya kirimi email bilang belum mendapat keputusan.

Oke, berarti memang belum.

Kemudian saya tunggu lagi. Di bulan kedelapan, tiga dari teman penulis yang saya kirimi email bilang naskah mereka sudah dikembalikan. Sementara naskah saya belum. Nah, saya mulai mengharap. Semakin lama naskah itu di meja editor, kemungkinan terbit besar. Jadi sampai beberapa bulan kemudian saya menunggu.

Di Bulan 10, saya mulai resah. Saya coba telpon ke penerbit, dibilang naskahnya masih di editor. Begitu pula di bulan-bulan selanjutnya. Sampai akhirnya melewati bulan Februari 2016, saya mulai aktif mengejar.

Mungkin redaksi kelelahan dengan telepon saya, akhirnya menyambungkannya langsung ke editor. Nah, di sana yang saya sayangkan, sang editor malah balik bertanya sama saya, "Redaksinya bilang posisi naskahnya di mana?"


Nah lo? Kok malah saya yang ditanya. Akhirnya saya sampaikan apa yang saya tahu, bahwa naskah ada di editor. Iya, si Mbak yang barusan nanya sama saya itu.Akhirnya sang editor bilang akan mencari dulu dan saya disuruh menelpon lain hari.

Singkat kata, saat saya nelpon balik di awal Maret 2015, sang editor bilang "naskahnya nanti akan dikembalikan,"

Oke. Saya nggak akan membahas tentang naskah yang sampai tanggal ini, 18 Maret 2015 belum juga dikembalikan. Saya ingin bercerita tentang apa akibat dari naskah itu setelah hampir 13 bulan mengendap di penerbit.

Sekitar bulan Juni 2015, penerbit yang bersangkutan menerbitkan sebuah novel. Setelah saya baca-baca, premise utama novel itu sangat mirip dengan naskah saya. Nggak... saya nggak berburuk sangka. Naskah saya ngga sehebat itu untuk dicontek, apalagi dijiplak. Poin yang ingin saya bahas di sini adalah, kesamaan premise ini membuat saya dilema.

Saat naskah sudah pasti ditolak, tentunya saya ingin mencoba menerbitkannya di penerbit lain. Namun sayangnya, setelah konsultasi dengan teman dan juga editor tercinta, saya mendapat kenyataan bahwa jika naskah itu memang bisa diterbitkan, saya mungkin akan dianggap plagiat. Saya mungkin saja dianggap mencuri ide mengingat naskah saya terbitnya belakangan (kalau diterbitkan ya, catat).

Mengingat begitu pembaca di luar sana rentan banget sama hal-hal yang berbau plagiat, bisa jadi nanti saja akan dicerca habis-habisan. Saya bukan tipe orang yang tahan banting dengan hal-hal seperti itu. Jadi, dengan berat hati, dilema ini saya akhiri dengan menuruti pertimbangan dari teman dan juga sang editor.

Naskah ini tidak akan dilanjutkan lagi. Alias, hanya akan jadi penghuni komputer. Sedih? Tentu saja. Naskah yang sangat saya harap-harapkan akan terbit, naskah yang saya cintai.

Saya mencoba untuk merelakannya saja. Kata editor, toh masih bisa inspirasi lain lagi.  Tapi saya tetap unggah naskah itu di komunitas Gramedia Writing Project. Bagi yang ingin baca, silahkan meluncur ke http://gwp.co.id/parafrasa/

  • Share:

You Might Also Like

3 komentar

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Hi kak sy tertarik baca posting ini. Kebetulan sy juga lg nunggu naskah faforit sy yg sy kirim ke salah satu penerbit. Kasusnya sama percis dan sy jadi mau tanya. Berarti kira2 naskah itu harus direlakan aja ya? :"

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Riri, awalnya saya mau merelakan naskah itu ya. tapi kemudian pikir-pikir lagi, rasanya terlalu sayang untuk dibiarkan. rencananya saya rombak dikit, abis itu coba peruntungan. biarlah nanti editornya yg menilai, toh naskahnya juga ga mirip 100%.

      Delete