Akhirnya, setelah sebulan menunggu semenjak PO dibuka, novel Satu Mata Panah pada Kompas yang Buta terbit sudah. Stoknya sudah ready, dengan harga jual Rp 65.000.
Lalu di mana bisa dapatin buku ini?
Untuk sementara buku ini baru dijual di toko buku online, di antaranya:
Atau yang mau dapat buku plus bertanda tangan penulisnya (itu saya, ehem), bisa kontak saya di alhzeta@gmail.com, atau di akun twitter @bukubekasmu.
Lalu di mana bisa dapatin buku ini?
Untuk sementara buku ini baru dijual di toko buku online, di antaranya:
Atau yang mau dapat buku plus bertanda tangan penulisnya (itu saya, ehem), bisa kontak saya di alhzeta@gmail.com, atau di akun twitter @bukubekasmu.
SEGERA TERBIT
“Apa harapanmu tahun ini?”
Joe: Punya alternatif lain untuk berbahagia selain dengan mencari pasangan.
Mela: Mendapat tambahan umur setidaknya empat tahun lagi, yah.... biar bisa main remi lebih lama lagi sih.
Bermula dari secarik kertas dalam jaket di commuter line, Joe dan Mela bercengkerama lewat ask.fm. Selama setahun, hanya lewat media sosial itulah mereka berhubungan. Hingga Joe tertinggal rombongan saat liburan bersama teman-teman kuliahnya. Ia tersesat di Bali. Sendirian.
Saat itulah Sally Cinnamon muncul dan mengaku sebagai peri yang akan mempertemukan Joe dengan jodohnya. Wait, peri jodoh? Yang benar saja? Ditemani Sally, Joe berusaha mencari rombongannya. Petualangan yang mempertemukannya dengan Mela, si spa therapist yang sekarat.
Apakah Mela jodoh yang dimaksud Sally? Apakah Joe benar-benar tersesat dan bukannya sengaja menghilang karena protes akan perceraian orangtuanya?
Novel kedua saya akan diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama (GPU) di bawah lini Young Adult. Masih dengan setting Bali, menceritakan tentang seorang pemuda bernama Joe yang sedang mengalami masalah keluarga. Sesuai dengan lininya, segmen pembaca untuk novel ini adalah dewasa muda walaupun tidak menutup kemungkinan dibaca juga oleh orang di luar umur itu.
Yang menarik dari novel ini adalah kamu akan bertemu dengan Sally, peri cahaya yang ternyata adalah peri jodoh. Sally ini bertugas mempertemukan Joe dengan jodohnya. Nah, jika bicara mengenai jodoh, mungkin kalian akan membayangkan novel romance. Yah, memang ada unsur romannya sih, hanya saja sama seperti novel pertama, cinta bukanlah bahasan utama.
Sesuai dengan pengumuman resmi dari fans fage Gramedia Pustaka Utama, novel ini direncanakan terbit tanggal 31 Maret 2016 dengan harga Rp 48.000.
Inilah yang saya hadapi sekarang. Salah satu naskah saya terlalu lama mengendap di penerbit tanpa keputusan dan apa akibatnya?
Sekitar awal akhir Januari 2015, saya menyelesaikan sebuah naskah romance. Secara pribadi, saya sangat menyayangi naskah ini. Begitu sayang, karena di dalamnya saya selipkan titipkan cinta saya pada karakter-karakter yang berasa sangat-sangat dekat di hati. Sekitar pertengahan Februari, naskah itu saya kirim dengan penuh doa dan harapan.
Di akhir bulan, pemberitahuan penerimaan naskah masuk lewat email. Selanjutnya saya menunggu, menunggu dan menunggu janji penerbit bahwa masa seleksi berlangsung 3-4 bulan.
Sayangnya hingga 6 bulan tetap tidak ada kabar. Saya coba kontak penerbit dengan banyak cara, tetap saja tidak mendapat respon.
Kemudian saya kirim email ke beberapa alamat penulis yang juga mendapat pemberitahuan naskah masuk yang sama dengan saya. Hampir dari semua yang saya kirimi email bilang belum mendapat keputusan.
Oke, berarti memang belum.
Kemudian saya tunggu lagi. Di bulan kedelapan, tiga dari teman penulis yang saya kirimi email bilang naskah mereka sudah dikembalikan. Sementara naskah saya belum. Nah, saya mulai mengharap. Semakin lama naskah itu di meja editor, kemungkinan terbit besar. Jadi sampai beberapa bulan kemudian saya menunggu.
Di Bulan 10, saya mulai resah. Saya coba telpon ke penerbit, dibilang naskahnya masih di editor. Begitu pula di bulan-bulan selanjutnya. Sampai akhirnya melewati bulan Februari 2016, saya mulai aktif mengejar.
Mungkin redaksi kelelahan dengan telepon saya, akhirnya menyambungkannya langsung ke editor. Nah, di sana yang saya sayangkan, sang editor malah balik bertanya sama saya, "Redaksinya bilang posisi naskahnya di mana?"
Nah lo? Kok malah saya yang ditanya. Akhirnya saya sampaikan apa yang saya tahu, bahwa naskah ada di editor. Iya, si Mbak yang barusan nanya sama saya itu.Akhirnya sang editor bilang akan mencari dulu dan saya disuruh menelpon lain hari.
Singkat kata, saat saya nelpon balik di awal Maret 2015, sang editor bilang "naskahnya nanti akan dikembalikan,"
Oke. Saya nggak akan membahas tentang naskah yang sampai tanggal ini, 18 Maret 2015 belum juga dikembalikan. Saya ingin bercerita tentang apa akibat dari naskah itu setelah hampir 13 bulan mengendap di penerbit.
Sekitar bulan Juni 2015, penerbit yang bersangkutan menerbitkan sebuah novel. Setelah saya baca-baca, premise utama novel itu sangat mirip dengan naskah saya. Nggak... saya nggak berburuk sangka. Naskah saya ngga sehebat itu untuk dicontek, apalagi dijiplak. Poin yang ingin saya bahas di sini adalah, kesamaan premise ini membuat saya dilema.
Saat naskah sudah pasti ditolak, tentunya saya ingin mencoba menerbitkannya di penerbit lain. Namun sayangnya, setelah konsultasi dengan teman dan juga editor tercinta, saya mendapat kenyataan bahwa jika naskah itu memang bisa diterbitkan, saya mungkin akan dianggap plagiat. Saya mungkin saja dianggap mencuri ide mengingat naskah saya terbitnya belakangan (kalau diterbitkan ya, catat).
Mengingat begitu pembaca di luar sana rentan banget sama hal-hal yang berbau plagiat, bisa jadi nanti saja akan dicerca habis-habisan. Saya bukan tipe orang yang tahan banting dengan hal-hal seperti itu. Jadi, dengan berat hati, dilema ini saya akhiri dengan menuruti pertimbangan dari teman dan juga sang editor.
Naskah ini tidak akan dilanjutkan lagi. Alias, hanya akan jadi penghuni komputer. Sedih? Tentu saja. Naskah yang sangat saya harap-harapkan akan terbit, naskah yang saya cintai.
Saya mencoba untuk merelakannya saja. Kata editor, toh masih bisa inspirasi lain lagi. Tapi saya tetap unggah naskah itu di komunitas Gramedia Writing Project. Bagi yang ingin baca, silahkan meluncur ke http://gwp.co.id/parafrasa/
Adakah yang minat ikut komunits menulis plus punya peluang agar
tulisannya diterbitkan di Gramedia Putaka Utama aka GPU? Yap, cobalah
join di Gramedia Writing Project.
Berdasarkan pengumuman resmi dari penerbit GPU, cara mengirim naskah memang sudah tidak hanya terbatas pada jalur umum (pengiriman print out lewat pos saja), tapi kini juga lewat jalur email dan GWP ini. Bagi yang ingin lihat lebih lanjut, bisa deh tengok pengumuman di akun Tumblr resmi GPU.
Nah, khusus untuk jalur GWP ini, kamu cuma perlu unggah sebagian naskah disertai dengan sinopsis (bukan sinopsis lengkap ya). Editor GPU akan melakukan cek secara berkala terhadap naskah masuk sesuai dengan genre atau kagetorinya.
Untuk lebih efektifnya, habis posting di GWP, kamu bisa mention beberapa editor di twitter untuk minta saran. Follow juga akun twitter GWP_ID karena Admin kadang ngeRT editor-editor yang sedang 'ronda' di website resminya GWP, jika sudah begitu kamu bisa mention link naskah kamu untuk dikunjungi.
Selain itu, karena ini komunitas tentunya kamu akan menemukan banyak sekali tulisan-tulisan dari penulis lain. Kamu bisa membaca dan juga memberi komentar dan juga sebaliknya.
Saya juga punya akun di sana. Bagi yang ingin lihat tulisan-tulisan terbaru saya, bisa kok cek di http://gwp.co.id/author/alhzeta/ (tapi cuma tersisa satu tulisan, lainnya sudah dihapus).
Berdasarkan pengumuman resmi dari penerbit GPU, cara mengirim naskah memang sudah tidak hanya terbatas pada jalur umum (pengiriman print out lewat pos saja), tapi kini juga lewat jalur email dan GWP ini. Bagi yang ingin lihat lebih lanjut, bisa deh tengok pengumuman di akun Tumblr resmi GPU.
Nah, khusus untuk jalur GWP ini, kamu cuma perlu unggah sebagian naskah disertai dengan sinopsis (bukan sinopsis lengkap ya). Editor GPU akan melakukan cek secara berkala terhadap naskah masuk sesuai dengan genre atau kagetorinya.
Untuk lebih efektifnya, habis posting di GWP, kamu bisa mention beberapa editor di twitter untuk minta saran. Follow juga akun twitter GWP_ID karena Admin kadang ngeRT editor-editor yang sedang 'ronda' di website resminya GWP, jika sudah begitu kamu bisa mention link naskah kamu untuk dikunjungi.
Selain itu, karena ini komunitas tentunya kamu akan menemukan banyak sekali tulisan-tulisan dari penulis lain. Kamu bisa membaca dan juga memberi komentar dan juga sebaliknya.
Saya juga punya akun di sana. Bagi yang ingin lihat tulisan-tulisan terbaru saya, bisa kok cek di http://gwp.co.id/author/alhzeta/ (tapi cuma tersisa satu tulisan, lainnya sudah dihapus).
SEGERA TERBIT
Kompasmu, apakah kamu memperhatikannya? Ada dua arah di sana. Utara dan selatan. Sama halnya seperti matamu sendiri, arah itu menyelamatkanmu dari kesesatan.
Tapi kompas milikku buta. Tidak ada utara selatan dalam hidupku, semua hanyut dalam ketakutan dan masa lalu. Lima belas tahun penjara mencuri jarum kompasku dan setelah bebas, aku pun masih belum tahu ke mana arah hidupku.
Aku pembunuh, korban hasrat yang menyimpang. Dunia luar menungguku, berpura-pura menyambutku dengan semarak, untuk kemudian kembali meremukkanku dalam ketakutan.
Aku butuh jalan, butuh mata kompasku. Apakah kamu bisa membantuku menemukannya?
Aku Ravit, bekas tahanan yang kini kembali terpenjara rasa takut.
Pada kisah ini kamu akan bertemu dengan Ravit, seorang narapidana yang baru saja keluar dari penjara. Dia sudah kehilangan banyak hal, kebahagiaan, orang-orang yang disayang serta kesempatan untuk merasa dirindukan. Dunia luar hanya memberinya masa lalu yang mengerikan, dan ketika waktunya untuk bebas, dia malah merasa takut.
Aku hanya merasa tidak nyaman karena seseorang begitu bergembira dengan kebebasanku, sementara diriku sendiri masih bertanya-tanya, apakah kebebasan ini memang sebuah berita gembira dan awal yang baik untuk masa depanku.
Iyap, seperti tema dari lomba Way Back Home, novel ini memang tentang pencarian jati diri untuk kembali bisa melangkah menjalani kehidupan.
Genrenya sendiri mix antara drama dan spiritual travelling. Jadi jika kamu bosan dengan bacaan tentang cinta-cintaan yang endingnya hanya putus atau jadian, buku ini bisa dijadikan alternatif. Atau lebih suka bacaan yang ada cinta-cintaannya juga? Tenang, Novel ini memiliki unsur romance juga kok walau dalam porsi yang kecil.
Pre Order untuk novel ini sendiri sudah dibuka. Harga normalnya Rp 65.000 tapi diskon 25% jadi Rp 48. 750. Cara PO-nya bisa dilihat di gambar ini:
Tahun lalu saya berkesempatan mengikuti sebuah lomba penulisan novel yang diselenggarakan oleh sebuah penerbit baru, Jendela O Publishing House, yang lebih dikenal dengan sebutan JOPH. Lomba ini bertemakan Way Back Home dan ingin mengangkat kisah-kisah tentang pencarian jati diri baik dalam hal cinta, kehidupan, passion dan sebagainya.
Saya menemukan informasi tentang lomba ini dari sebuah komunitas di Goodreads, dan kebetulan saat itu juga sedang menulis naskah dengan tema sejenis. Entahlah, mungkin memang sudah jodohnya naskah ini akan masuk ke lomba itu. Walaupun awalnya saya sempat bingung karena sejak dimulai nulis Juli 2015 silam, naskah ini diperuntukan ke penerbit lain.
Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya saya ikutkan naskah yang saya kasih judul "Prisoner of the Past" ini ke lomba yang dimaksud ke atas. Pengirimannya sekitar pertengahan September, setelah lelah edit sana edit sini. Singkat kata saya nekat, dengan asumsi jika pun naskah ini tidak menang, toh pengumumannya cepat yaitu sekitar pertengahan November. Saya masih bisa mengalihkan naskah ini ke tujuan awal.
Mendekati tanggal pengumuman, jujur saya resah. Berulangkali saya menekankan pada diri sendiri, bahwa naskah saya mungkin tidak akan masuk kualifikasi. Bukannya pesimis, tapi saya tidak ingin berharap terlalu banyak, mengingat sekian naskah saya yang pernah masuk ke meja penerbit akhirnya dikembalikan utuh.
Tanggal 15 November, waktunya pengumuman pemenang. Namun admin JOPH sengaja menunda-nunda sampai malam, demi membuat para peserta jengkel dan gemas. Saya sendiri sebenarnya sudah pasrah, bermaksud tidak akan melihat pengumuman itu karena tahu, jika naskah lolos maka akan ada notifikasi via email.
Mendekati pukul 7 (pengumumannya dikeluarkan tepat jam 7 WIB), usaha saya untuk menggilas harapan menang itu makin kuat. Saya katakan pada diri sendiri bahwa 'tidak, tidak, tidak mungkin menang'.
Aneh kan, ketika peserta lain mungkin merepetisi doa 'saya pasti menang', saya malah membatin sebaliknya. Tapi sumpah, ini cara paling ampuh untuk mencegah rasa kecewa. Apalagi beberapa waktu lalu, admin JOPH sempat meretweet satu tweet saya. Makinlah saya gede rasa. Karena itulah, saat pengumaman saya berusaha sekali untuk menekan pengharapan itu.
Biasalah, pengharapan yang berlebih kan memang rawan akan kekecewaan. Pas harapannya meleset, sakitnya itu nggak nahan. (halah).
Jam 7 WIB saya menjauh dari ponsel. Berusaha untuk tenang dan tidak berharap. Tidak buka twitter, tidak buka website JOPH. Berusaha untuk mengabaikannya.
Namun tiba-tiba, ada satu notifikasi yang masuk ke ponsel. Email masuk, tanpa perlu saya buka, terlihat bahwa pengirimnya adalah email yang saya kirimi naskah September lalu.
Pesan apa kira-kira? Apalagi kalau bukan pemberitahuan pemenang lomba. Yes, naskah saya menang! Yes!
Lalu yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, pemenang ke berapa?
Baru pada saat itulah saya membuka website JOPH, saya begitu tercengang ketika menemukan bahwa.....
Yap, menjadi juara pertama dari 137 naskah. Yah.... begitulah.
Naskah ini sendiri sekarang dalam proses lay out, rencananya akan terbit bulan Maret 2016.